Rupiah berbalik arah dari melemah kemudian perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (6/4/2023).
Melansir data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan hari ini di posisi Rp 14.910/US$. Mata uang Garuda menguat 0,07%.
Penguatan hari ini mematahkan kinerja negatif mata uang Garuda yang melemah 0,17% pada perdagangan Rabu (5/4/2023).
Rupiah sebenarnya langsung melemah pada sesi awal perdagangan hari ini di tengah banyaknya sentimen positif.
Namun, setelah melemah sekitar 0,2% di awal perdagangan, rupiah menguat secara pelan-pelan.
Pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh sikap wait and see investor dan trader yang tengah menunggu data pengangguran AS. Faktor libur panjang juga ikut berdampak pada transaksi rupiah hari ini.
AS akan mengumumkan data pengangguran untuk Maret pada Jumat malam (7/4/2023). Tingkat pengangguran AS meningkat 3,6% pada Februari 2023, naik dibandingkan 3,4% pada Januari.
Pasar berekspektasi tingkat pengangguran AS akan kembali ke 3,5% pada Maret. Namun, data-data terbaru menunjukkan jika pengangguran AS mungkin lebih tinggi daripada proyeksi pasar.
Data tenaga kerja yang keluar pada Rabu malam waktu Indonesia (5/4/2023) menunjukkan jika tambahan pekerja baru atau penciptaan lapangan kerja di sektor swasta di AS hanya bertambah 145.000 pada Maret 2023.
Jumlah tersebut turun dari 261.000 pada Februari 2203 serta jauh di bawah ekspektasi pasar yang berkisar 210.000.
Data tersebut keluar hanya berselang sehari setelah laporan pembukaan lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta.
Jumlah tersebut anjlok 632.000 dibandingkan Januari 2023.
Ini adalah kali pertama jumlah lapangan kerja baru hanya tercatat 10 juta dalam dua tahun terakhir. Jumlah lapangan kerja baru juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 10,4 juta.
Dengan lapangan kerja yang turun artinya sinyal melandainya inflasi semakin kencang. Data tersebut juga menjadi sinyal ekonomi AS tengah memburu.
Data-data tersebut menjadi sinyal ada pelemahan ekonomi AS. Artinya, ada peluang bagi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk melunak.
Ekspektasi pasar kini menunjukkan 40% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan Mei mendatang. Sebanyak 60% atau mayoritas melihat The Fed akan menahan suku bunga.
Jika The Fed melunak maka hal itu akan menjadi kabar baik bagi rupiah karena dolar akan ditinggalkan investor dan mereka akan beralih ke aset di negara berkembang seperti rupiah.