Harga emas jeblok karena pelaku pasar melihat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) masih akan hawkish ke depan.
Pada perdagangan Selasa (16//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.988,60 per troy ons. Harganya jeblok 1,58%. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 1 Mei 2023.
Pelemahan kemarin juga menjadi yang terbesar sejak 5 Mei 2023 (1,7%). Pelemahan besar ini sekaligus membawa emas terlempar ke bawah level psikologis US$ 2.000 untuk pertama kalinya sejak 1 Mei tahun ini.
Namun, emas mulai menguat pada pagi hari ini.
Pada perdagangan Rabu (17/5/2023) pukul 07:02 https://daftar-meja138.com/ WIB, harga emas di pasar spot internasional ada di posisi US$ 1.989,49 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,04%.
Emas ambruk setelah Presiden The Fed Richmond, Thomas Barkin, mengatakan dirinya merasa “nyaman” jika The Fed harus menaikkan suku bunga lagi pada Juni mendatang untuk menekan inflasi.
Pernyataan ini memperpanjang pernyataan Chief Cleveland Loretta Mester mengatakan The Fed belum pada titik di mana mereka merasa perlu untuk menahan suku bunga.
Analis OANDA Craig Erlam mengatakan pernyataan-pernyataan hawkish The Fed ini membuat harapan pelaku pasar untuk melihat pemangkasan suku bunga meredup.
Kondisi ini tentu saja berdampak buruk ke emas. Pasalnya, kebijakan hawkish The Fed akan membuat dolar AS menguat sehingga emas makin mahal untuk dibeli dan tidak menarik buat investasi.
Indeks dolar sempat menguat 102,43 pada Senin kemarin tetapi melemah tipis pada Selasa ke posisi 102,56.
“Pasar sepertinya butuh lebih banyak sinyal untuk memastikan jika The Fed akan melakukan pivot kebijakan. Saat ini tanda-tandanya belum terlihat sepenuhnya,” ttur Erlam, dikutip dari Reuters.
Analis Blue Line Futures Phillip Streible, menambahkan emas sebenarnya bisa jatuh lebih dalam. Namun, ketidakpastian atas penyelesaian plafon utang pemerintah AS menahan pelemahan lebih dalam.
“Investor masih banyak yang membeli karena ada persoalan plafon utang yang belum selesai,” tutur Streible.
Seperti diketahui, Presiden AS Joe Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Kevin McCarthy menggelar pertemuan kemarin untuk membahas plafon utang pemerintah.
Pertemuan tersebut belum menghasilkan kesepakatan. Biden hanya mengatakan jika keduanya sepakat untuk menyelesaikan persoalan utang secepatnya.
Seperti diketahui, pemerintahan Presiden AS Joe Biden tengah dipusingkan dengan jalan buntu penyelesaian utang selama berbulan-bulan.
AS terancam mengalami gagal bayar (default) jika batas pagu utang tidak dinaikkan.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen kembali mendesak Kongres untuk menaikkan batas utang federal senilai US$ 31,4 triliunguna mencegah default atau gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, hal tersebut akan memicu ‘malapetaka’ ekonomi global.
Penyelesaian plafon utang AS ini “tersandera” oleh Partai Republik yang merupakan partai oposisi.
Partai Republik sudah berulang kali menegaskan tidak akan menaikkan pagu utang jika pemerintah tidak memangkas belanja dengan besar alias melakukan penghematan.