IHSG Masih Rawan Merah, Titik Ini Akan Jadi Kunci

Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun signifikan atau 0,52% menjadi 6.676,56 pada penutupan sesi II perdagangan Selasa (16/5/23).

Sebanyak 347 saham melemah, 200 saham naik, sementara 197 saham lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp8,43 triliun dengan melibatkan 17,52 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,24 juta kali.

Setelah sempat dibuka menguat beberapa saat, IHSG bergerak konsisten di wilayah negatif hingga perdagangan ditutup. Dalam lima hari perdagangan IHSG terkoreksi 1,40%. Sementara itu, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 2,54%.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia https://idpromeja138.com/ (BEI) via Refinitiv sebagian besar sektor melemah. Sektor Barang pokok menjadi yang paling merugikan indeks dengan penurunan hampir dua persen, sedangkan sektor kesehatan menjadi yang paling menguntungkan dengan kenaikan sekitar satu persen.

Adapun lima bottom movers IHSG berdasarkan bobot indeks poinnya pada penutupan sesi II Selasa masih didominasi dari sektor perbankan-finansial dengan komposisi sebagai berikut:

1. PT Bank Mandiri (-5,63)

2. PT Merdeka Copper Gold (-5,44)

3. PT Bank Central Asia (-5,27)

4. PT Astra International (-3,48)

5. PT Bank Negara Indonesia (-2,81)

Sejatinya, sentimen pasar pada hari ini cenderung positif, terutama dari Amerika Serikat (AS) dimana pemerintah AS serius untuk membahas masalah plafon utang.

Pertemuan antara Presiden AS, Joe Biden dengan Ketua DPR dari Partai Republik, Kevin McCarthy menjadi perhatian utama para pelaku pasar. Maklum saja, kurang lebih dua pekan kedepan, AS terancam mengalami gagal bayar (default) jika batas pagu utang tidak dinaikkan.

Partai Republik yang merupakan oposisi menguasai DPR AS, sehingga menyulitkan bagi Biden untuk meloloskan anggaran belanja. Baik anggota Parta Demokrat maupun Republik sedang mencari landasan yang sama dalam hal belanja dan regulasi energi sebelum Biden dan McCarthy bertemu besok.

Berkaca dari sebelumnya, kisruh pagu utang membuat Negeri Paman Sam mengalami kerugian miliaran dolar. Itu pun yang terjadi bukan gagal bayar, baru sebatas shutdown atau penutupan sebagian layanan pemerintahan karena tidak adanya anggaran.

Shutdown bukan hal yang baru, pernah terjadi berkali-kali di AS. Yang terakhir dan masih segar di ingatan adalah shutdown di era pemerintahan Presiden AS ke-45, Donald Trump.

Hari ini, investor salah satunya akan menyimak perkembangan dari Wall Street yang akan merespons data ekonomi anyar AS.

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan pivot point Fibonacci untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Selasa, IHSG membentuk bearish marubozu dan tak sanggup menembus resistance 6.727. IHSG selanjutnya akan menguji support terdekat di 6.637.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI turun mendekati area jenuh jual ke 38,07.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di bawah garis sinyal dengan kecenderungan melebar. Bar histogram juga masih di bawah teritorial negatif.

Hari ini, IHSG berpotensi menguji support 6.637 sebelum menentukan arah selanjutnya. Apabila bertahan di atas support tersebut, resistance terdekat di 6.727.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*